Apa yang membuat liburan berkesan ? Teman seperjalanan yang menyenangkan, tujuan wisata yang indah, makanan yang enak, dan tentu saja, tempat akomodasi yang nyaman dan menyenangkan.
Di Bangkok ada banyak sekali hostel yang dibuat untuk mengakomodir berbagai kebutuhan para traveler sesuai dengan budget yang dimiliki.
Hostel dirancang sedemikian rupa , dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang bertujuan untuk membuat betah para tamu. Tidak perlu bangunan megah atau peralatan canggih dan mewah . Banyak hostel yang terkesan biasa-biasa saja, tetapi karena suasana dan fasilitas yang diberikan sangat asyik, sehingga banyak yang berencana hanya tinggal 1-2 hari saja, diperpanjang menjadi beberapa hari.
NapPark tinggal di area dekat dengan Khao San Road, pusatnya para backpacker yang berkunjung ke Bangkok, tepatnya di jalan Tani. Dari luar penampakan hostel ini seperti kecil . Untuk masuk ke dalam kita harus melalui lorong dimana ada bale-bale dengan matras dan mini kitchen. Beberapa backpacker tampak asyik duduk bersandar , ada yang membaca buku atau mengobrol.
Untuk masuk ke area dalam, kita harus melepaskan alas kaki dan menyimpannya di rak yang tersedia. Kebiasaan ini adalah salah satu tradisi masyarakat Thailand yang masih sering di terapkan di berbagai tempat umum, bahkan untuk masuk ke dalam toko sekalipun. Terkesan kuno, tetapi ini salah satu cara termudah untuk selalu menjaga kebersihan.
Begitu masuk melewati pintu ke area dalam, saya langsung merasakan suasana yang asyik dan santai. Bata merah dibiarkan terbuka diexpose sehingga menimbulkan suasana homy. Di dalam di ruangan yang luas itu ada meja resepsionis, deretan computer, matras-matras dengan banyak bantal, deretan lemari berisi buku, film, dan beberapa meja kursi di ujung ruangan.
Saya disambut Wijitra yang bekerja sebagai manager di sini. Dengan ramah ia menunjukan lokasi kamar mixed dorm yang terletak di lantai 2 , dimana saya akan tinggal dengan 5 backpacker lain. Untuk masuk ke dalam kamar, kita diberikan gelang karet elektrik yang berfungsi sebagai kunci elektrik , sehingga tidak sembarang orang bisa masuk ke dalam kamar.
Kamar yang akan saya tempati memiliki jendela besar sehingga cahaya dan udara segar bisa masuk. Ada 3 bunk beds untuk 6 orang, dan ada locker untuk menyimpan barang penting. Di tiap kasur ada tv kecil, lampu, 2 colokan listrik dan cermin kecil. Ada partisi untuk menjaga privasi. Bunkbeds, seprai dan bantal berwarna putih sehingga terkesan bersih .
Teman saya Sebastian, backpacker dari Canada sudah terlebih dulu datang dan setelah sedikit berkenalan saya sekamar dengan Henry dari Canada, Marrie dari German, dan 2 orang lagi yang sedang keluar kamar. Saya menempati kasur di atas bersebrangan dengan Sebastian . Di siang hari jendela besar dibuka untuk menghemat AC dan sirkulasi udara.
Ada 2 ruang shower dan 2 toilet. Toilet pria terletak di ujung area lain dan ada di tiap lantai. Jangan lupa untuk membawa gelang kunci setiap akan meninggalkan kamar. Karena pintu tidak akan terbuka tanpa kunci itu.
Sore hari saya dan Sebastian pergi untuk mencari makan. Hanya berjalan beberapa meter kita sudah di ujung jalan soi Rambuttri. Sebenarnya nanti dimalam hari akan banyak gerobak makanan yang mangkal di sini. Soi Rambutti itu ber parallel dengan Khao San Road. Tetapi saya tidak pernah merekomendasikan klien saya untuk menginap tepat di jalan itu, karena suasananya kurang kondusif untuk tidur nyenyak, karena berisik dan suasana yang terlalu crowded.
Kita berjalan kaki sepanjang soi Rambuttri untuk menuju dermaga / pier Phra Athit. Di area soi Rambuttri inilah yang paling enak untuk dijadikan tempat menginap. Karena suasananya lebih sepi dan tenang dibanding Khao San Road yang terlalu hingar bingar. Banyak pula café-café asyik dengan atmosfir santai untuk bersantai dan tenda makanan murah.
Setelah menyebrang, kita menuju ke pier Phra Athit. Dengan menaiki perahu kita bisa ke Grand Palace, Wat Po, Wat Arun, bahkan ke Asiatique. Di sepanjang jalan Phra Athit juga banyak café / resto kecil untuk hang out.
Kita pergi ke Tha Maharaj, sebuah tempat baru untuk menikmati sunset di tepi sungai Chao Phraya, ada banyak café dan yang asyik ada roof top terrace dimana kita bisa duduk-duduk santai sambil melihat lalu lalang perahu yang mengarungi Chao Phraya.
Menjelang malam, kita berjalan kaki melewati universitas Thammasat hingga balik kembali ke NapPark. Di ujung jalan Thani sekarang sudah ramai dengan berbagai macam street food dan banyak turis bercampur dengan local sedang makan atau sekedar duduk duduk di pinggir jalan.
Setelah refreshing sebentar di hostel, kali ini Henry bergabung dan kemudian kita memilih sebuah pub di area Rambuttri dimana ada band menampilkan music reggae yang keren.
Setelah refreshing sebentar di hostel, kali ini Henry bergabung dan kemudian kita memilih sebuah pub di area Rambuttri dimana ada band menampilkan music reggae yang keren.
Malam ini juga merupakan perpisahan (sementara) karena keesokan harinya Marrie akan ke Ayutthaya, dan Henry akan ke Sukothai . Tanpa kontak di FB atau di WA, siapa nyana, 1 minggu kemudian saya dan Sebastian bisa bertemu secara terpisah dengan Henry & Marrie di Chiang Mai ! Sampai kemudian kita berempat bisa bertemu lagi bersama-sama. Well, what a small world afterall.
Pagi hari kita bisa memilih breakfast seperti roti panggang, omelet, dan berbagai macam buah-buahan. Karena cuaca Bangkok sedang panas, saya memilih untuk bersantai saja di hostel, browsing di computer yang disediakan. Banyak juga backpacker lain yang duduk bersantai di matras.
Siang harinya saya diajak Wijitra sang manager hostel untuk membeli makanan di sebuah tempat yang menjual halal food, dan hanya berjalan kaki sekitar 3 menit dari NapPark.
Tempat ini dari luar tampak kecil, tetapi jika masuk ke dalam, ruangan cukup luas dengan banyak meja. Ada berbagai menu ada dalam bahasa inggris. Di kaca etalase pun ada stiker halal dan ibu yang menyajikan makanan memakai kerudung.
Kita memesan sejenis nasi briyani / nasi kuning dengan ayam goreng, lumpiah goreng dan kemudian membawanya pulang untuk dimakan di hostel. Wijitra bersikeras untuk membayar makanan tersebut. Ya saya sih jika ada yang ingin menraktir, tentu tidak akan menolak, bukan ? :)
Kami memilih duduk di ujung ruang dekat dengan rak buku. Sambil makan saya dan Wijitra berbincang-bincang tentang hostel ini. Persaingan hostel di Bangkok sangat ketat, sehingga tidak bisa hanya mengandalkan dari segi fasilitas saja, tetapi dari segi sumber daya manusia juga harus bagus, dimana kesan positif para tamu akan menjadi promosi yang sangat berpengaruh. Apalagi di jaman serba internet seperti ini dimana tamu dapat membandingkan harga, review di antara berbagai hostel dengan cepat dan mudah.
Saya melihat banyak postcard yang ditempelkan yang merupakan kiriman dari para tamu yang pernah menginap di sini di dinding ruang. Itu merupakan salah satu bentuk apresiasi para tamu sehingga mereka mau membuang waktu untuk menulis postcard dan mengucapkan terima kasih atas pengalaman yang menyenangkan selama tinggal di sana. Juga ada banyak foto-foto para tamu yang pernah menginap disini. Hal kecil seperti ini yang tidak akan didapatkan jika kita menginap di hotel.
Setelah makan siang, saya juga berkesempatan untuk berbincang dengan pemilik tempat ini, seorang wanita paruh baya yang berdandan elegant masih cantik dan sangat ramah . Dia bercerita bahwa sebelum memiliki hostel ini, dia bergelut di bidang property.
Tetapi karena bekerja di bidang itu penuh dengan tekanan , dia merasa sering stress. Untuk pelariannya itu dia membuka hostel dan merasa bahwa mengurusi hostel lebih menyenangkan karena bisa merasakan langsung apresiasi dari para tamu hostel serta turut berpartisipasi dalam melayani kebutuhan akomodasi para pelancong yang datang ke Bangkok. Ia bahkan menawari saya untuk menginap lebih lama lagi disitu , dan jika membutuhkan hal lain, jangan segan-segan untuk memintanya pada para karyawan yang bertugas.
Menjelang sore, karena bertepatan dengan adanya acara “temple Fair” di Wat Saket yang berlangsung 1 tahun sekali, Wijitra mengajak saya dan beberapa tamu hostel lain untuk datang ke sana. Kita berjalan kaki sambil mengobrol tentang pengalaman traveling masing. Wijitra menjelaskan tentang budaya dan kebiasaan di Thailand seperti layaknya seorang Guide.
Kita tidak membayar apapun pada Wijitra karena dia mau meluangkan waktu untuk menemani kita berjalan-jalan.
Beberapa hostel lainnnya di Bangkok juga seringkali membawa tamu berjalan-jalan dengan gratis, dimana semua itu dilakukan berdasarkan pada itikad baik untuk memberikan pelayanan yang lebih personal dan akrab untuk para tamu.
Hal yang tidak akan kita dapatkan jika kita tinggal di hotel, dimana hubungan hanya sebatas di tempat kerja saja.
Ya memang, hospitality business itu luas cakupannya. Tidak harus menyediakan bangunan baru, megah, dengan fasilitas tercanggih saja. Tetapi yang paling penting adalah bagaimana para tamu merasa nyaman dengan bagaimana karyawan memperlakukan tamu tidak hanya sebatas hubungan formal belaka, tetapi keakraban dapat terjalin dengan lebih cair sebagaimana memperlakukan teman lama.
Ini yang saya rasakan saat tinggal di NapPark hostel, Bangkok. Sayang, karena sudah ada janji untuk menginap di tempat lain , saya hanya bisa merasakan menginap 1 malam di sini, I wish I can extend.
Sebenarnya saya masih menikmati tinggal di Nap Park, tetapi malam ini saya dan Sebastian akan pindah ke tempat lain. Well, I can will stay at NapPark next time I’m in Bangkok again. Cause “You never really leave the place you love. You take part of it with you, and leave part of you there “ .
Contact
5 Tani Rd. Taladyod Phranakorn Bangkok 10110
Tel : +66 2 2822324, +66 2 6291187 Fax: +66 2 6291186 (24 hrs)
email: contact@nappark.com
Message for Taxi:
" กรุณาพาผู้โดยสารมาส่งที่ แน็พพาร์คโฮสเทล
เลขที่ 5 ถนนตานี(บางลำพู) ด้านหลังสหกรณ์กรุงเทพ แขวงตลาดยอด เขตพระนคร กรุงเทพฯ
โทรสอบถามเส้นทางได้ที่ 0-22822324 (24 ชม.)"