Buat yang akan berlibur ke Chiang Mai, jika ada waktu sempatkanlah untuk mengikuti daytrip yang bisa di pesan di travel agent di sekitar ho(s)tel, dimana harganya biasa dimulai dari 1000B.
Ada banyak pilihan tujuan yang bisa diikuti, saya memilih sharing tour yang mencakup “hot spring , White Temple, Baan Dam , Long Neck tribe , Golden Triangle & Laos” termasuk makan siang.
Yang dimaksud dengan sharing tour adalah kita melakukan tour digabung dengan turis-turis lain dan disatukan dalam 1 van. Kita tidak perlu pusing memikirkan transportasi apa dan bagaimana, tinggal duduk manis di dalam van dan tahu beres hingga di antar kembali ke ho(s)tel.
Acara tour dimulai sekitar pukul 07.30-08.00 pagi, dimana kita akan di jemput di ho(s)tel kita menginap. Setelah itu kita akan menjemput peserta tour lain di hotel masing-masing, biasanya hingga van penuh atau sekitar 12-13 orang.
Hari ini saya bersama dengan 10 orang dari China dan Taiwan dan 1 pasangan dari Ukraina, di dampingi seorang guide dan driver.
Melakukan perjalanan Road trip di Thailand itu menyenangkan, karena kondisi jalan yang mulus, nyari 99% sempurna, tidak ada jalan bolong-bolong.
Yang mengagumkan di pinggir jalan kita jarang melihat sampah berserakan. Ini yang sangat saya kagumi dengan disiplin warga Thailand untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Dan hampir tidak ada kios atau warung yang buka secara sporadis di pinggir jalan, atau orang-orang yang duduk nongkrong di pinggir jalan sambil merokok . Pemandangannya pun cukup menyegarkan mata, karena terlihat deretan pepohonan dan gunung di kejauhan. Jalanan pun sepi, tidak terlalu banyak kendaraan berlalu lalang.
Sekitar pukul 10.00 kita sampai di tujuan pertama, yaitu “Hot Spring”. Yang ada dalam pikiran saya jika mendengar Hot Spring adalah suatu tempat berbentuk kolam dimana kita bisa berendam, seperti yang ada di Ciater. Tapi di sini yang dimaksud Hot Spring adalah suatu “kolam” kecil dengan diameter sekitar 2 meter yang memancurkan air panas. Di sebelahnya ada yang berukuran lebih kecil dimana kita bisa merebus telur di situ, seperti yang ada di kawah Domas, Tangkuban Perahu. Ya elaaah gitu doang ? :D
Banyak juga turis yang berfoto di dekat Hot Spring itu dan mencoba untuk merebus telur di situ. Pantas, mengapa kita tidak disuruh untuk membawa baju renang waktu saya mendaftarkan diri untuk ikut daytrip ini, karena Hot Springnya hanya berukuran super minimalis begitu :)
Lokasi si Hot Spring ini terletak di tempat seperti Rest Area besar dengan 7-11 ( wajib !) , sederatan kios-kios menjual cendera mata, asesoris, dan tempat makan atau jajanan.
Setelah 30 menit di situ, kita dipanggil ke dalam van dan akan menuju ke tempat kedua yaitu “White Temple / Wat Rong Khun” Sekitar 30 menit berkendara, kita sampai di kompleks White Temple.
Karena saya datang tepat sehari sebelum festival Loy Krathong, jadi White Temple dipenuhi dengan banyak sekali turis. Sang guide memberi tahu bahwa kita diberi waktu 45 menit untuk mengeksplor tempat ini dan mengingatkan bahwa bangunan utama akan ditutup jam 12 siang untuk lunch break.
White Temple merupakan sebuah tempat yang sangat unik dan aneh (baca lebih lengkap di sini). Untuk penggemar fotografi jika akan datang ke sini sebaiknya jangan mengikuti daytrip karena waktunya sangat sempit dan banyak sekali objek menarik yang harus di foto.
Sekitar pukul 12.15 kita diajak untuk makan siang bersama di sebuah rumah makan kecil. Karena ini sudah termasuk dalam paket, jadi kita tinggal menikmati hidangan Thai Food dalam 2 meja besar dengan menu yang sudah disiapkan seperti sapo tahu, capcay, telur dadar , dan ayam kacang mede.
Sejam kemudian kita sudah berada di Baan Dam , atau House of Black. Semua bangunan yang ada di sini cenderung berwarna hitam, dan isi serta ornament sekitar mengandung unsur “kegelapan” seperti tulang belulang, taring besar, tengkorak, binatang mati yang telah dikeringkan, dan lainnya. ( lihat fotonya disini)
Tempat ini 180 derajat dengan White Temple. Jadi mengunjungi ke dua tempat yang sangat kontras ini seperti melihat sekilas gambaran surga dan neraka. Yang satu serba putih dan melambangkan kesucian seperti di surga, sedangkan yang lain merepresentasikan kegelapan / kematian seperti di neraka.
Oya, 2 tempat tersebut masing-masing merupakan milik pribadi 2 orang seniman besar Thailand, dan kita tidak perlu membayar tiket masuk untuk datang ke situ, alias gratis !
Setelah 30 menit disitu kita akan menuju tempat berikutnya, yaitu perkampungan penduduk native Thailand suku Karen yang terkenal dengan sebutan Long Neck Tribe , dimana para wanitanya memakai deretan gelang besi di lehernya .
Seiring berjalannya usia, jumlah lempengan besi di kalung tersebut selalu ditambah, dan tidak boleh dilepas, karena bisa mengakibatkan kematian.
Itu sebenernya bukan karena lehernya yang lebih panjang dari manusia normal , tetapi karena cincin besi yang berat itu menekan tulang bahu sehingga turun menyebabkan tulang leher terlihat menjadi lebih panjang.
Menurut sejarah, kalung besi itu dulu digunakan agar terhindar dari serangan harimau dan hewan buas yang mengincar area leher. Untuk yang mau berfoto dengan mereka harus membayar tambahan biaya sebesar 200-400B.
Disini juga ada kios yang menjual berbagai cindera mata khas Chiang Rai yang umumnya berwarna warni cerah, dan langsung dijaga oleh para wanita suku Karen sambil membuat kerajinan tangan mulai dari tenun sampai ukiran kayu yang berpakaian dengan baju yang unik karena kaki mereka pun memakai pembungkus kaki.
Next destination adalah dermaga penyebrangan menuju Laos dan ke Golden Triangle. Disini kita harus membayar tambahan 300B untuk membayar perahu pulang pergi menyebrangi sungai Mekong dan sungai Ruak
Paspor pun di tahan di area penjualan tiket. Memakai perahu yang panjang, kita diharuskan memakai rompi pelampung disini. Ada guide yang menerangkan sejarah tempat ini sebagai sarang penyelundupan heroin terbesar di dunia di masa dahulu.
Di 1 titik yang disebut “Golden Triangle” kita berhenti untuk bisa melihat perbatasan dari 3 negara yaitu Thailand, Myanmar dan Laos.
Kemudian sekitar 10 menit kemudian perahu berlabuh di daratan yang sudah merupakan bagian dari Negara Laos bernama Donsao. Disini kita harus membayar tiket masuk sebesar 20 B.
Ternyata di sini hanyalah merupakan suatu tempat “duty free” dimana kita bisa membeli berbagai merek rokok ( dengan merek-merek aneh ) dengan harga murah. Ada juga kios-kios yang menjual tas KW, minuman dengan kalajengking didalamnya, alat elektronik, cendera mata dan beberapa benda lain. Disini kita bisa berbelanja dengan memakai Baht.
Saya pikir kita akan mengunjungi sebuah kota di Negara Laos dimana kita bisa berjalan-jalan disitu dan melihat kehidupan warga lokal.
Tapi ternyata ini seperti sebuah “tourist scam” dimana kita digiring untuk datang ke suatu tempat hanya untuk berbelanja saja.
Apalagi setelah saya kembali menyebrang ke perbatasan Thailand, ternyata paspor kita tidak diberi cap apapun, sehingga kunjungan ke “negara Laos” itu hanya seperti basa-basi belaka dengan tujuan hanya untuk mengeruk uang turis. Huffff !
Oya, sesampainya kembali di tanah Thailand, nanti kita bisa membeli souvenir berupa foto diri kita saat akan menaiki perahu.
Sekitar jam 5 sore kita masuk kembali ke van untuk pulang ke Chiang Mai. Perjalanan pulang akan memakan waktu sekitar 4 jam.
Daytrip yg cukup melelahkan, tetapi mengesankan, karena selama 13 jam hari ini saya sudah mengunjungi Surga, Neraka dan Negara Laos sekaligus !